0
[postlink]http://sumaterafarm.blogspot.com/2009/04/layanan-kami.html[/postlink]
Menerima permintaan dalam jumlah medium dan jumlah besar berupa:

SAPI POTONG:

- Sapi Dewasa Pedaging Siap Potong
- Bakalan Sapi (Jantan dan Betina)

KAMBING POTONG:

- Kambing Dewasa Pedaging Siap Potong
- Bakalan Kambing (Jantan dan Betina)

LAYANAN KAMI

0
[postlink]http://sumaterafarm.blogspot.com/2009/04/alamat-kami.html[/postlink]Untuk Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami.

Office,
Komp. Taman Setia Budi Indah
Canna VI – Medan
Sumatera Utara

Phone,
08566132572
081265333533

ALAMAT KAMI

0
[postlink]http://sumaterafarm.blogspot.com/2009/04/profile_11.html[/postlink]

JAYA FARM

Kami bergerak dipeternakan intensif Kambing Potong dan Sapi Potong. Kami melayani permintaan Sapi Potong dan Kambing Potong serta Bakalan Sapid an Bakalan Kambing baik untuk Daerah Sumatera Utara, maupun Nasional. Kami membuka diri dan siap bekerja sama dengan pihak lain dalam peternakan kambing potong dan sapi potong.


Untuk Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami.

Office,
Komp. Taman Setia Budi Indah
Canna VI – Medan
Sumatera Utara

Phone,
08566132572
081265333533

PROFILE

0
[postlink]http://sumaterafarm.blogspot.com/2009/04/kematian-mendadak-pada-sapi-potong-dan.html[/postlink]

Terjadinya kematian mendadak sering ditemui pada ternak baik yang baru tiba dari suatu daerah maupun yang baru diimpor dari luar negeri. Kematian kadang-kadang tidak didahului gejala klinis yang jelas. Dari berbagai macam penyakit yang menyebabkan keadaan di atas, salah satu penyebabnya adalah kuman Clostridia toksigenikdan telah dilaporkan kejadiannya dari Sukabumi (Jawa Barat) dan Kalimantan Selatan. Keseluruhan kasus tersebut telah didiagnosa oleh Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor sebagai enterotoksemia oleh kuman Clostridium perfringens type A.

Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui cara penanggulang-an kematian mendadak pada ternak sapi dan kerbau.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa penggunaan vaksin Alum Precipitated Toxoid (APT), yang dihasilkan dari pengembangan vaksin toksoid alfa dari Cl. perfringens type A(vaksin mati yang diemulsikan dalam gel aluminium) dengan dosis 2,5 ml/ekorsecara subcutan, sebanyakdua kali dengan interval 1 bulan (booster diberikan 1 bulan setelah vaksinasi pertama) mampu menstimulasi produksi antibodi terhadap toksoid alfa pada tingkat proteksi. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi perkembangan antibodi. Pemberian vaksin APT dengan dosis 2,5 ml/ekor secara subcutan pada sapi dapat menurunkan tingkat mortalitas oleh enterotoksemia. Pemberian booster 1 bulan setelah vaksinasi pertama dapat lebih meningkatkan respon kekebalan terhadap enterotoksemia.

Berdasarkan hal di atas, penggunaan vaksin APT secara benar dan terencana pada ternak akan mampu menurunkan tingkat kematian ternak akibat enterotoksemia yang pada gilirannya juga menekan kerugian.

KEMATIAN MENDADAK PADA SAPI POTONG DAN KERBAU

0
[postlink]http://sumaterafarm.blogspot.com/2009/04/feed-quality-for-food-safety-kapankah.html[/postlink]

Masyarakat Uni Eropa telah menetapkan tanggal 1 Januari 2006 (berdasarkan regulasi nomor 1831/2003) merupakan tonggak pemusnahan berbagai macam antibiotik dimana selama beberapa dekade belakang merupakan substans yang kerap digunakan oleh peternak di berbagai belahan dunia. Tidak dapat dipungkiri sejak digunakannya antibiotik sebagai senyawa promotor pertumbuhan dalam pakan ternak, telah terjadinya peningkatan pendapatan peternak berkat kemampuan senyawa tersebut mengkonversikan nutrisi dalam pakan secara efisien dan efektif. Namun akhir-akhir ini penggunaan senyawa antibiotik dalam ransum ternak telah menjadi perdebatan sengit oleh para ilmuan akibat efek buruk yang ditimbulkan tidak hanya bagi ternak tetapi juga bagi konsumen yang mengkonsumsi produk ternak tersebut melalui residu yang ditinggalkan baik pada daging, susu maupun telur.

Sebenarnya pelarangan penggunaan antibiotik dalam pakan ternak bukan merupakan hal yang baru bagi sebagian negara Eropa. Jauh hari sebelumnya beberapa negara tertentu telah membatasi penggunaan zat aditif tersebut dalam pakan ternak seperti di Swedia tahun 1986, Denmark tahun 1995, Jerman tahun 1996 dan Swiss tahun 1999. Akan tetapi pelarangan tersebut tidak menyeluruh hanya terbatas pada jenis antibiotik tertentu misalnya avoparcin (Denmark), vancomycin (Jerman), spiramycin, tylosin, virginiamycin dan chinoxalins (Uni Eropa). Hingga kini hanya tersisa empat antibiotik yang masih diizinkan penggunaannya dalam ransum ternak pada masyarakat Eropa yaitu flavophospholipol, avilamycin, monensin-Na dan salinomycin-Na.

1. Antibiotik dan Pengaruhnya

Apa yang mendasari pelarangan penggunaan antibiotik dalam pakan ternak? Sejak ilmuan berkebangsaan Rusia Metchnikoff (1908) berhasil mengklasifikasi jenis mikro-organisma yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia, makin terkuak lebar peranan penting akan berbagai genera mikroflora bagi kehidupan makhluk hidup. Keseimbangan antara bakteri-bakteri yang menguntungkan dan merugikan dalam saluran pencernaan sepatutnya menjadi perhatian lebih demi terciptanya hidup yang sehat bagi manusia dan produksi yang tinggi bagi ternak. Keseimbangan populasi bakteri dalam saluran pencernaan (eubiosis) hanya dapat diraih apabila komposisi antara bakteri yang menguntungkan seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli dan yang merugikan seperti Clostridia setidaknya 85% berbanding 15%. Dengan komposisi tersebut fungsi “barrier effect“ mikroflora yang menguntungkan dalam tubuh makhluk hidup dengan cara mencegah terbentuknya koloni bakteri phatogen (colonisation resistence) bisa teroptimalkan. Ketidakseimbangan populasi antara bakteri yang menguntungkan dan merugikan (dysbiosis) berakibat turunnya produksi ternak.

Salah satu cara memodifikasi keseimbangan bakteri di dalam saluran pencernaan adalah dengan pemberian antibiotik. Antibiotik dipercayakan dapat menekan pertumbuhan bakteri-bakteri phatogen yang berakibat melambungnya populasi bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan. Tingginya mikroflora menguntungkan tersebut dapat merangsang terbentuknya senyawa-senyawa antimikrobial, asam lemak bebas dan zat-zat asam sehingga terciptanya lingkungan kurang nyaman bagi pertumbuhan bakteri phatogen.

Namun disayangkan penggunaan antibiotik berakibat buruk bagi ternak dikarenakan resistensi ternak terhadap jenis-jenis mikro-organisme phatogen tertentu. Hal ini telah terjadi pada peternakan unggas di North Carolina (Amerika Serikat) akibat pemberian antibiotik tertentu, ternak resisten terhadap Enrofloxacin yang berfungsi untuk membasmi bakteri Escherichia coli. Dibagian lain residu dari antibiotik akan terbawa dalam produk-produk ternak seperti daging, telur dan susu dan akan berbahaya bagi konsumen yang mengkonsumsinya. Seperti dilaporkan oleh Rusiana dengan meneliti 80 ekor ayam broiler di Jabotabek menemukan 85% daging ayam broiler dan 37% hati ayam tercemar residu antibiotik tylosin, penicilin, oxytetracycline dan kanamycin (www.poultryindonesia.com). Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan bertahun-tahun untuk mencari bahan tambahan dalam pakan ternak sebagai pengganti antibiotik yang berbahaya tersebut.

2. Bahan Aditif Pengganti Antibiotik

Konsep pakan ternak berdasarkan kualitas semata (kebutuhan energi dan protein ternak) mulai ditinjau ulang oleh nutritionist akhir-akhir ini. Tuntutan konsumen akan produk ternak yang sehat, aman dan terbebas dari residu berbahaya telah mengajak ilmuan untuk mencari alternatif sumber-sumber pakan baru sekaligus zat aditif yang aman. “Feed quality for food safety“ merupakan slogan yang acap di dengungkan dimana-mana pada masyarakat Eropa termasuk Jerman. Produk pertanian dan peternakan alami tanpa menggunakan secuilpun bahan kimia dalam bahasa Jerman dikenal “okologische produkte” mulai mempunyai pasar tersendiri. Konsumen rela membayar dengan biaya berlipat demi mendapat makanan yang sehat, aman dan terbebas dari residu kimia.

Kerja keras ilmuan dalam usaha menemukan zat aditif pengganti antibiotik telah membuahkan hasil yang tidak begitu mengecewakan. Beberapa alternatif zat aditif pengganti antibiotik telah ditawarkan bagi peternak untuk memicu produksi dan reproduksi seperti pro- dan prebiotik, asam-asam organik, minyak esensial (essential oil) dan berbagai jenis enzim. Senyawa-senyawa aditif tersebut terbukti mampu meningkatkan produksi ternak tampa mempunyai efek samping bagi ternak dan konsumen yang mengkonsumsinya.

3. Pro- dan Prebiotik

Penggunaan pro- dan prebiotik bukan merupakan hal baru dalam dunia peternakan. Fungsi zat aditif ini tidak jauh berbeda dengan antibiotik yaitu mengatur komposisi mikroflora dalam saluran pencernaan. Bakteri asam laktat seperti Lactobacillus bulgaricus, Lactobacilus acidophilus, Bifidobacteria thermophilum dan jenis fungi seperti Saccharomyces cerevisiae adalah contoh-contoh probiotik yang telah diproduksi secara komersial. Lingkungan menyenangkan untuk pertumbuahan bakteri menguntungkan (penurunan pH dengan memproduksi asam laktat) akan tercipta dengan mensuplai probiotik pada ransum ternak. Probiotik juga dapat mengurangi produksi racun dan menurunkan produksi amonium dalam saluran pencernaan.

Prebiotik adalah oligosakarida yang tidak dapat dicerna oleh hewan monogastrik (ayam dan babi). Senyawa ini digunakan sebagai substrat untuk merangsang pertumbuhan bakteri yang menguntungkan seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli. Pemberian 0,1 – 0,5% dalam ransum dapat meningkatkan bakteri yang menguntungkan dan menurunkan populasi bakteri yang merugikan.

4. Asam-asam Organik

Asam-asam organik sebenarnya diproduksi secara otomatis dalam tubuh ternak melalui proses fermentasi selanjutnya digunakan sebagai sumber energi. Perkembangan biotekhnologi yang begitu pesat mengilhami industri-industri pakan ternak untuk memproduksi asam-asam organik dalam bentuk komersial seperti asam asetat, propionat laktat dan citrat yang dikemas dalam bentuk cair. Penambahan asam-asam organik dalam pakan ternak dapat menigkatkan produktifitas ternak. Peningkatan performance ternak terjadi melalui penciptaan lingkungan yang serasi bagi perkembangan mikroflora menguntungkan. Dengan lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri tertentu (melalui penurunan keasaman) dapat mengaktifkan serta merangsang produksi enzim-enzim endegenous dan berakibat meningkatnya absorbsi nutrisi dan konsumsi pakan untuk pertumbuhan, produksi dan reproduksi.

5. Minyak Esensial (Essential oil)

Saat ini dikenal lebih kurang 2600 jenis minyak esensial yang dihasilkan melalui ekstraksi berbagai jenis tanaman. Jamak diketahui bahwa setiap tanaman mempunyai komponen bioaktif yang spesifik. Di dalam tubuh makhluk hidup senyawa bioaktif tersebut mempunyai aktifitas microbial, sebagai antioksidan, bersifat antibotik dan juga meningkatkan kekebalan tubuh. Beberapa contoh minyak esensial yang terdapat pada tanaman misalnya cinnamaldehyde (cinnamon), eugenol (clove), allicin (garlic) dan methol (peppermint).

Dari hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan minyak esensial dalam pakan ternak dapat memperbaiki performance ternak melalui meningkatnya nafsu makan ternak, meningginya produksi enzim-enzim pencernaan serta stimulasi antiseptik dan antioksidan dari minyak atsiri tersebut. Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keaneka ragaman sumber daya alam hayati. Hal ini menjadi suatu tantangan sekaligus harapan bagi ilmuan untuk menggali berbagai potensi yang tersedia untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kemakmuran rakyat.

6. Enzim

Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pemecahan senyawa-senyawa yang komplek menjadi sederhana. Saat ini telah terindentifikasi lebih kurang 3000 enzim. Walaupun dalam tubuh makhluk hidup enzim dapat diproduksi sendiri sesuai dengan kebutuhan, penambahan enzim pada ransum kadang kala masih dibutuhkan. Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti antinutrisi faktor pada bahan pakan (lekctins dan trypsin inhibitor), rendahnya efesiensi kecernaan bahan pakan, dan ketidak tersediaan enzim tertentu dalam tubuh ternak. Xylanase dan ß-glucanase adalah contoh-contoh enzym yang digunakan pada ternak monogastrik untuk meningkatkan daya cerna ternak. Rendahnya kemampuan ternak muda untuk mencerna protein pada kacang kedele (glycin dan ß-conglycin) dapat diatasi dengan penambahan enzim protease.

Phytase sebagai enzim yang mampu meningkatkan penyerapan posphor mendapat perhatian cukup besar para peneliti saat ini. Bahan-bahan basal pakan yang kaya karbohidrat seperti gandum, barley, jagung dan lainnya, mengikat unsur phosphor dalam bentuk asam phytat (myo-inositol hexaxy dihidrogen phosphat) sehingga tidak mampu dicerna oleh ternak. Dengan mensuplai phytase yang berasal dari Aspergillus atau Trichoderma strains dalam ransum ternak dapat meningkatkan ketersediaan phospor, Ca, Zn dan asam amino bagi ternak. Polusi lingkungan melalui Eutropication juga dapat dicegah dengan penambahan phytase dalam pakan ternak.

Penelitian bahan aditif alternatif sebagai pengganti antibiotik terus dilakukan tidak hanya terbatas pada lembaga penelitian, universitas, institut tapi juga merambah ke berbagai industri makanan ternak. Bagi industri pakan masih terbuka peluang bisnis yang cukup besar dengan menciptakan produk-produk zat aditif baru dengan nilai ekonomis tinggi serta mampu bersaing di pasar.

Kesadaran para konsumen akan produk ternak yang terbebas dari residu kimia (antibiotik, alfatoksin, dioxin) dan mikrobiologi berbahaya (salmonella, enterobacteriaceae dan BSE-carriers) semakin meningkat di negara-negara maju. Kualitas kontrol bahan pakan terus dilakukan oleh pemerintah secara berkala melalui system HACCP (hazard analyis and critical control points) sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah tersusun secara sistematis dan disepakati bersama. Kapankah Indonesia ada suatu jaminan pasti bagi konsumen untuk mengkonsumsi produk-produk ternak yang terbebas dari residu antibiotik dan sejenisnya? Bukankah makanan adalah salah satu faktor yang bisa meningkatkan angka harapan hidup (life expectation) suatu negara.

Feed Quality for Food Safety", Kapankah di Indonesia?

0
[postlink]http://sumaterafarm.blogspot.com/2009/04/berbagai-jenis-sapi-secara-sangat.html[/postlink]

ERBAGAI JENIS SAPI SECARA SANGAT SINGKAT:
Dijaman pra-sejarah hanya ada dua jenis sapi di dunia ini, yaitu AUROCH di Eropa (Bos TAURUS) dan ZEBU di Asia, Afrika, dan India (Bos INDICUS).
Para peternak sejak jaman dahulu kala telah melakukan perkawinan silang diantara jenis sapi tersebut diatas, untuk mendapatkan turunan yang sesuai dengan kehendak mereka. Pejantan anak dari Ibu yang banyak menghasilkan susu , di kawinkan dengan betina jenis lain yang juga banyak menghasilkan susu, maka anaknya yang betina akan menjadi penghasil susu yang jauh lebih banyak.
Pada jaman itu sapi yang dianggap baik dan dipilih untuk di pelihara, adalah sapi yang mempunyai postur tubuh besar, otot-ototnya kuat. Sapi yang besar dan kuat ini di manfaatkan tenaganya sebagai penarik beban.
Sapi-sapi besar dan kuat yang terpilih tersebut, kemudian di kawinkan dengan sapi lainnya yang mempunyai karakteristik sama, sehingga turunannya menjadi jauh lebih baik, lebih besar dan lebih kuat.
Setelah sapi-sapi tersebut tidak lagi di butuhkan tenaganya, maka mereka melakukan pemilihan untuk diambil yang terbesar dan terkuat, untuk dikembang biakkan guna mendapatkan turunan yang lebih baik, lebih besar dan menghasilkan banyak daging atau karkas (carcasses). Perbaikan keturunan ini berjalan terus dari masa kemasa, dan keturunan sapi yang membaik inilah yang menjadi nenek moyang dari sapi potong yang ada saat ini.

Kemudian hari para peternak sapi membentuk organisasi-organisasi, guna menentukan dan mengembangkan standar registrasi, serta membuat aturan yang harus di ikuti oleh para peternak sapi dalam memilih bibit sapi untuk di kembang biakan. Dengan demikian GARIS KETURUNAN /BLOOD LINE suatu jenis sapi dapat terjamin, STANDAR KARAKTERISTIK nya pun tetap terjaga.
Dengan demikian hasil dari seluruh turunannya mempunyai KESAMAAN yang sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam standarisasi dan aturan. Sapi –sapi yang mempunyai KESAMAAN, inilah yang saat ini biasa disebut dengan JENIS SAPI TERTENTU, dan di beri nama tertentu untuk keseragaman dan agar mudah dalam membedakannya. Nama trsebut di berikan oleh asosiasi peternak sapi di masing2 lokasi. Contoh dari nama jenis sapi yang ada saat ini dapat dilihat pada pembahasan “Jenis sapi potong yang ada saat ini”

Pada 50 tahun terahir ini telah banyak di lakukan perkawinan silang antara jenis sapi, guna mendapatkan turunan yang sesuai dengan apa yang dikehendaki atau apa yang dibutuhkan para peternak. Itulah sebabnya saat ini terdapat banyak Jenis Sapi dengan keunggulan masing-masing.
Ada yang berukuran badan besar, menghasilkan banyak susu, anaknya besar, karkasnya berdaging banyak, tidak bertanduk, tahan cuaca panas atau dingin, berbulu indah, dan banyak lain sebagainya.
Jenis Sapi ini setiap waktu akan terus bertambah sesuai dengan kebutuhan manusia.

JENIS SAPI POTONG YANG ADA SAAT INI
NAMA JENIS SAPI,KARAKTERISTIK,SEJARAHNYA
HEREFORD - Inggris
Warna badan Merah, wajah, kaki, perut,dada dan ekor berwarna Putih.
Tulang besar dan berat
Didapat dari kawin silang antara Sapi Belanda yg berwajah putih dan merah, dengan Sapi Inggris Hitam dan Kecil

ABERDEEN ANGUS - Inggris
Warna hitam, kadang ada titik putih di bagian belakang perutnya.
Tidak bertanduk. Sangat mudah berkembang biak. Cepat dewasa. Kualitas dagingnya bagus.
Hasil kawin silang antara Sapi asli di Aberdeenshire (Inggris) dengan sapi asli dari Angus (Skotlandia). Pertama di eksport ke Benua lain tahun 1873

RED ANGUS - Inggris
Warna Merah, lainnya sama dengan di atas
Hasil dari persilangan guna mendapatkan warna merah dengan karakteristik lainnya tetap sama dengan Aberdeen Angus, di tahun 1900

SHORTHORN - Inggris
Warna Merah, Putih, Merah dan Putih.
Mempunyai bentuk putting susu yang baik dan produksi susunya pun baik.
Anaknya kecil , namun akan tumbuh dengan cepat besar. Kualitas dagingnya baik
Berasal dari Inggris bagian Utara, sebagai sapi perah. Di Eksport ke Amirika pertama kali pada tahun 1780. Disebut uga sebagai Sapi Jenis
DURHAM

GALLOWAY - Inggris
Warna Hitam, Coklat , Merah, Putih. Kuping, kaki, putting susu berwarna hitam.
Tidak bertanduk, berbulu tebal. Tidak tahan panas, Tahan terhadap serangan serangga (karena berbulu sangat tebal), berumur panjang, masih mampu beranak sampai umur 15-20 tahun. Anaknya kecil namun cepat tumbuh.
Berasal di Skotlandia di perkenalkan oleh bangsa Viking
Pertama di import Amirika dari Kanada tahun 1866

SCOTCH HIGH LAND - Inggris
Berbadan kecil, berbulu gondrong, bertanduk indah, sangat tahan di cuaca sangat dingin. Berbulu mata panjang berguna untuk melindungi mata dari serangan serangga
Berasal dari Skotlandia, di bawa ke Kanada pertama kali pada tahun 1882, dan ke Amirika-Montana-Wyoming pada awal tahun 1900.

DEXTER - Inggris
Merupakan sapi terkecil di dunia, berat maximum sekitar 300-500 Kg, tinggi sekitar 1 meter. Sangat jinak, produksi susunya banyak, kualitas dagingnya prima. Cocok untuk di pelihara di areal yang sempitBerasal dari Irlandia. Pertama kali di eksport ke Amirika pada tahun 1905

CHAROLAIS - Eropa
Warna Putih.
Berotot dan berdaging sangat tebal.
Berasal dari Perancis Bagian Tengah. Awalnya dipergunakan sebagai penarik beban, kemudian di ternak sebagai penghasil daging yang baik / banyak. Sangat berguna untuk memperbaiki keturunan saat melakukan perkawinan silang.

SIMENTAL - Swiss
Warna Coklat kekuningan, dengan belang putih.
SANGAT TERKENAL KARENA KECEPATAN TUMBUHANNYA dan produksi susu nya
Berasal dari Swiss bagian barat
Kemudian di eksport keseluruh dunia.
Di eksport ke Amirika pertamakali tahun 1971

LIMOUSIN - PerncisWarana merah gelap , kuning keemasan. Berotot dan daging tebal.Berasal dari Perancis bagian Barat. Di eksport ke amirika pertamakali tahun 1969

TARENTAISE - Eropa
Warna merah dengan kuping, hidung dan kaki warna gelap. Betubuh sedang. Cepat dewasa dan subur dalam beranak. Berfungsi ganda sebagai sapi perah dan pedaging.
Berasal dari pegunungan Alpen di Perancis. Di eksport ke Amirika pertamakali tahun 1972

SALER - Eropa
Warna Merah dan bertanduk. Sangat populer sebagai bibit perkawinan silang karena produksi susunya sangat banyak. Sangat subur dalam beranak. Tahan penyakit.
Berasal dari pegunungan di Perancis Selatan Tengah.

CHIANINA - Eropa
Warna Putih. Merupakan sapi TERBESAR di dunia. Tinggi rata-rata 2,5 meter, berat dewasa rata-rata 2 ton. Banyak digunakan untuk perkawinan silang guna memper-besar turunan nya
Dipergunakan untuk penarik beban. Pertama di eksport ke Amirika pada tahun 1970.

GELBVIEH - Eropa
Warna Coklat keemasan. Anakannya merupakan yang tercepat tumbuhnya
Berasal dari
Austria dan Jerman barat. Awalnya di gunakan sebagai penarik beban. Kemudian sebagai sapi perah dan pedaging.

TEXAS LONGHORN - Amirika
Berbadan sedang, ototnya lebih sedikit. Sangat mudah beranak /subur. Berumur panjang. Tahan penyakit.
Merupakan sapi bawaan bangsa Spanyol yang datang ke Amirika Selatan sebelah Barat.

AMERICAN BRAHMAN -Amirika
Warna bermacam-macam. Berpunuk besar. Bergelambir besar di bagian bawah leher dan perut bagian depan. Kuping besar dan menggantung kebawah. Tanduk melengkung ke belakang. Tahan udara panas dan serangga / parasit hawa panas. Berbadan besar, namun anaknya sangat kecil saat lahir, dan akan tumbuh dengan cepat. Mencapai kedewasaan nya sangat lambat.
Di kembangkan di Amirika selatan bagian barat, dengan perkawinan silang antara Sapi Brahma yang berasal dari India, dengan sapi Brahma yang berasal dari Brazilia yang di Import Amirika pada tahun 1854 dan 1926

SANTA GERTRUDIS- Amirika
Sangat tahan panas. Produksi daging nya baik.
Hasil persilangan Brahma dengan Shorthorn

MURRAY GREY -
Australia
Berwarna Abu-Abu Metalik. Berbadan sedang. Mudah dalam beranak, anaknya cepat tumbuh
Di kembangkan di
Australia dari hasil persilangan Angus dengan Shorthorn, pada tahun 1905-1917)

BRANGUS
Sangat tahan panas dan pedaging yang baik.
Hasil persilangan Brahma dengan Angus

BEEFMASTER
Sangat tahan panas dan pedaging yang baik.
Sebagai hasil persilangan antara Brahma, Shorthorn dan
Hereford

CHARBRAY
Sangat tahan panas dan pedaging yang baik.
Sebagai hasil persilangan antara Brahma dengan Charolais

BRAFORD
Sangat tahan panas dan pedaging yang baik.
Sebagai hasil persilangan antara Brahma dengan
Hereford

BRAHMASIN
Sangat tahan panas dan pedaging yang baik.
Sebagai hasil persilangan antara Brahma dengan
Limousin

GELBRAY
Sangat tahan panas dan pedaging yang baik.
Sebagai hasil persilangan antara Brahma dengan Gelbvieh

Jenis sapi yang ada dan terkenal di
Indonesia adalah SIMENTAL dan LIMOUSIN. mengapa hanya kedua jenis sapi ini yang banyak terdapat di Indonesia, penulis belum dapat mengetahui dengan sangat jelas. Yang penulis ketahui hanyalah , saat membutuhkan “semen” untuk kawin suntik, maka dari badan pembibitan milik pemerintah selalu menawarkan kedua jenis trsebut diatas.
Bagi anda yang lebih mengetahui asal-usul kedua jenis sapi tersebut, kami akan sangat menghargai kesediaan anda untuk berbagi pengetahuan tersebut, hanya Tuhan Yang Maha Kuasa Yang mampu membalas budi baik anda.
Terimakasih

BERBAGAI JENIS SAPI SECARA SANGAT SINGKAT

0
[postlink]http://sumaterafarm.blogspot.com/2009/04/pemilihan-bibit-ternak-contoh-ternak.html[/postlink]

Pemilihan bibit ternak bertujuan untuk memperoleh bangsa-bangsa ternak yang memiliki sifat-sifat produktif potensial seperti memiliki persentase kelahiran anak yang tinggi, kesuburan yang tinggi, kecepatan tumbuh yang baik serta ppersentasi karkas yang baik dan sebagainya.

Kriteria - kriteria yang biasa dipergunakan sebagai pedoman dalarn rangka melaksanakan seleksi atau pemilihan bibit ialah : bangsa ternak, kesuburan dan persentase kelahiran anak, temperamen dan produksi susu induk, produksi daging dan susu, recording dan status kesehatan temak tersebut.


1. Bangsa

Pemilihan jenis ternak (kambing/domba) yang hendak diternakan biasanya dipilih dari bangsa ternak kambing/domba unggul.


2. Kesuburan dan persentase kelahiran anak yang tinggi

Seleksi calon induk maupun pejantan yang benar jika dipilih dan turunan yang beranak kembar dan mempunyai kualitas kelahiran anak yang baik.


3. Temperamen dan jumlah produksi susu induk

Induk yang dipilih hendaknya sebaiknya memiliki temperamen yang baik, mau merawat anaknya serta selalu siap untuk menyusui anaknya.


4. Penampilan Eksterior

Penampilan eksterior ternak bibit harus menunjukkan kriteria yang baik untuk bibit baik ternak jantan maupun betinanya (induk). Untuk memberikan penilaian keadaan atau penampilan eksterior dapat dilakukan dengan melakukan perabaan/pengukuran ataupun pengamatan.

Pemilihan Bibit Ternak (contoh : ternak knmbing/domba)

0
[postlink]http://sumaterafarm.blogspot.com/2009/04/limbah-buah-kakao-limbah-yang.html[/postlink]

Hasil penelitian Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (PPKK) Jember menunjukkan bahwa limbah kakao (kulit dan plasenta) mengandung serat, protein, lemak serta sejumlah asam organik dan berpotensi menjadi bahan pakan ternak kambing. Penelitian ini juga mendukung program integrasi tanaman perkebunan dengan ternak yang secara luas sudah terbukti mampu meningkatkan kesehatan dan produktivitas tanaman serta meningkatkan pendapatan pekebun.

Para pekebun yang berada di wilayah sentra produksi kakao seperti Sulawesi khususnya Sulawesi Tengah dapat memanfaatkan olahan limbah kakao sebagai bahan alternatif pakan ternak. Biasanya limbah kakao yang banyak pada puncak produksi kakao selama bulan Maret, April dan Mei tidak dimanfaatkan secara baik dan dibiarkan begitu saja menjadi onggokan sampah.

Proporsi untuk membuat olahan pakan yang terdiri atas limbah kakao dengan biji (basah) adalah 65% : 35%. Jika produktivitas biji kakao per tahun per hektar untuk varietas Landak mencapai 1000 – 1250 kg, maka limbah yang dihasilkan cukup untuk memelihara 4-5 ekor kambing dengan asumsi kebutuhan pakan kambing 2 kg/ekor/hari tanpa diberi makanan tambahan. Bila pekebun memelihara ternak kambing dengan memanfaatkan limbah kakao sebagai sumber pakannya, maka disamping dapat dijadikan sebagai sumber pupuk organik, juga merupakan investasi yang sangat berarti bagi para pekebun.

Pemberian hasil olahan limbah kakao sebagai pakan kambing mampu mengurangi porsi pemberian rumput yang harus disediakan peternak, khususnya pada usaha pola intensif (dikandangkan). Hasil pengamatan usaha pola integrasi tanaman perkebunan dengan ternak di Propinsi Lampung menunjukkan, bahwa olahan limbah kakao yang diberikan peternak sebagai pakan kambing mencapai 2-3 kg/ekor/hari pada ternak dewasa. Ini cukup membantu peternak dalam mensuplai pakan kambing yang dinyatakan mampu menghemat tenaga kerja penyedia pakan hijauan mencapai 50%. Teknologi ini juga mendukung program integrasi yang secara luas sudah terbukti mampu meningkatkan kesehatan dan produktivitas tanaman serta meningkatkan pendapatan pekebun.

Disamping itu pemanfaatan limbah menjadi bahan baku bagi proses produksi berikutnya merupakan upaya memperpanjang rantai nutrisi dan energi yang dalam konteks ekologi merupakan tindakan efisiensi yang sangat bermanfaat terkait dengan sustainable agriculture.

LIMBAH BUAH KAKAO, LIMBAH YANG BERMANFAAT

0
[postlink]http://sumaterafarm.blogspot.com/2009/04/pakan-kambing.html[/postlink]

JENIS PAKAN

1) Hijauan Segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternakdalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman bijibijian/jenis kacang-kacangan.

Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi.

a. Rumput-rumputan
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum maximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria(Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumput lapangan yang tumbuh secara liar.
b. Kacang-kacangan
Lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides dan jenis kacang-kacangan lain.
c. Daun-daunan
Daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll.
2) Jerami dan hijauan kering
Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan pakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).
3) Silase
Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar biasanya berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan.
4) Konsentrat (pakan penguat)
Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan mineral.

MANFAAT PAKAN
1) Sumber energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
a. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
b. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
c. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
d. Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput
gajah, rumput benggala dan rumput setaria).
2) Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)
b. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi, kaliandra, gamal dan sentero
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang
dan sebagainya).
3) Sumber vitamin dan mineral
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun
hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya. Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa mineral.

PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN/PENGOLAHAN
Kebutuhan Pakan

Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap
nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.

Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan
dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan
kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan
pakan yang sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh di lapangan.

Konsumsi Pakan
Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi), mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula. Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).
a) Temperatur Lingkungan
Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang berproduksi maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi dan erat kaitannya dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang meliputi jenis ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan penutup tubuh (kulit, bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akibat
pengaruh lingkungan.

Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi pula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi kelebihan
panas, sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, pada temperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan
karena ternak membutuhkan tambahan panas. Pengaturan panas tubuh dan
pembuangannya pada keadaan kelebihan panas dilakukan ternak dengan cara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
b) Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat
dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi.
c) Selera
Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”. Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha mengatasi kondisi ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini, kadang-kadang terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu sendiri.
d) Status fisiologi
Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh
(misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi konsumsi pakannya.
e) Konsentrasi Nutrisi
Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi energi yang dikandung pakan rendah.
f) Bentuk Pakan
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuat pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya dipotong-potong
menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.
g) Bobot Tubuh
Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya.
Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat badan ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut. Berat badan ternak dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di lapangan, berat badan ternak dapat diukur dengan cara mengukur panjang badan dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan menggunakan formula: Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada2 (inci) / 661
Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara meningkatkan berat badan dengan nilai 0,75
Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75
h) Produksi
Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan (ternak
potong), air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit dan bulu/wol. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi (disediakan) lebih rendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat badannya (terutama selama masa puncak produksi) di samping performansi produksinya tidak optimal.

Kandungan Nutrisi Pakan Ternak

Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin. Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui proses analisis terhadap bahan pakan yang dilakukan di laboratorium. Analisis itu dikenal dengan istilah “analisis proksimat”.

7. DAFTAR PUSTAKA
1) Kartadisastra, H.R. (1997). Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak
Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta, Kanisius
2) Budi Pratomo (1986). Cara Menyusun ransum ternak. Poultri Indonesia.
3) Suara Karya, 3 Maret 1992. Mengenal Pakan Ternak Jenis Unggul.
4) Neraca, 6 Juni 1991. Jenis Pakan Yang Cocok Untuk Ternak.
5) Suara Karya, 19 Januari 1993. Memanfaatkan Sisa Pakan.
6) Suara Karya, 2 Juni 1992. Silase, Pakan Ternak Musim Kemarau.
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
7) Neraca, 1 Juli 1991. Pemgolahan Jerami Menjadi Pakan Yang Disukai
ternak.
8) Pikiran Rakyat, 21 Mei 1990. Perlakuan Khusus Terhadap Biji-bijian Bahan
Pakan Ternak.
9) Neraca, 20 juli 1990. Pembuatan Hijauan Makanan Ternak.
10) Suara Karya, 15 September 1992. Cara Menanam Rumput Gajah.
11) Kedaulatan Rakyat, 21 Juni 1990. Prospek Industri Makanan



PAKAN KAMBING

0
[postlink]http://sumaterafarm.blogspot.com/2009/04/berharap-kemakmuran-dari-kambing-boer.html[/postlink]

Berharap Kemakmuran dari Kambing Boer


NAMA kambing boer masih terdengar asing di telinga sebagian besar masyarakat
Indonesia. Lain halnya dengan kambing jawa (kacangan), ettawah, maupun peranakan ettawah (PE) yang sudah cukup memasyarakat. Padahal kambing boer merupakan salah satu kambing pedaging terbaik di dunia.

Kambing ini memang bukan termasuk plasma nuftah asli
Indonesia. Ia berasal dari Afrika Selatan, namun sudah masuk ke Indonesia sejak 65 tahun lalu.
Kehadirannya di negeri ini masih dipandang sebelah mata, padahal laju pertumbuhan badannya jauh lebih cepat daripada jenis-jenis kambing lainnya.

Bayangkan saja, ketika dewasa (2-3 tahun), bobot badan kambing jantan bisa mencapai 120 kg. Sedangkan bobot badan betina pada umur yang sama mencapai 80-90 kg. Bandingkan dengan bobot badan kambing lokal yang hanya 20-30 kg. Bukan hanya itu, persentase karkasnya juga sangat tinggi. Karkas adalah bagian dari tubuh kambing yang bisa dikonsumsi manusia. Tidak heran jika boer disebut sebagai kambing pedaging terbaik di dunia.


Pada umur 5-6 bulan, bobot badannya sekitar 35-45 kg/ekor, dengan karkas sekitar 40-50 persen. Variasi ini tergantung dari konsumsi susu di masa anakan serta ransum pakan sehari-hari. Laju pertumbuhan berat badan tercatat 20-40 gram / hari. Kambing boer bertubuh panjang dan lebar, dengan keempat kaki sangat pendek. Warna kulitnya cokelat, yang melindungi dirinya akibat sengatan matahari langsung. Pasalnya kambing ini memiliki hobi berjemur di siang hari.
Sedangkan warna bulu tubuhnya putih. Bagian kepalanya berwarna cokelat kemerahan, cokelat muda atau cokelat tua. Kambing boer memiliki kepala berhidung cembung, serta telinga panjang yang menggantung.


Jantan dan Betina

Baik jantan maupun betina sama-sama memiliki tanduk. Kambing jantan memiliki tubuh kuat serta kokoh, dengan pundak yang meluas ke belakang, serta memiliki pantat yang berotot. Pada umur 2-3 tahun, bobot badan kambing jantan bisa mencapai 120 kg.


Kambing jantan dapat melakukan perkawinan sepanjang tahun. Saat birahi, tubuhnya akan mengeluarkan bau tajam untuk memikat betina. Seekor pejantan mulai aktif kawin pada umur 7-8 bulan, di mana aktivitas seksual ini bisa dipertahankannya hingga umur 7-8 tahun.


Kambing betina memiliki sifat sangat feminin, jinak, dan tidak banyak. Pertumbuhan badannya tidak jauh berbeda dari pejantan. Pada umur 2-3 tahun, bobot badannya mencapai 80-90 kg.


Tapi sejak umur 10-12 bulan, kambing betina sudah bisa dikawinkan. Masa birahinya berbeda dari jantan. Ia tak mengeluarkan bau tajam, namun aktif menggerak-gerakkan ekornya dengan cepat (biasa disebut flagging). Kambing betina ini dapat dijadikan induk selama 5-8 tahun.

Setelah kawin, betina akan bunting selama
lima bulan, lantas melahirkan 2-4 ekor anak. Tiga bulan setelah melahiran, Induk betina bisa dikawinkan lagi. Biasanya induk betina bisa melahirkan sebanyak tiga kali dalam dua tahun.

Pemeliharaan Mudah

Pemeliharaan kambing boer relatif mudah, dan tidak jauh berbeda dari pemeliharaan kambing kacangan, ettawah, maupun PE. Bahkan, kambing boer dapat dilatih atau dituntun dengan bantuan tali. Jika agresif, kita bisa segera mengendalikannya dengan memegang tanduknya.

Kambing ini juga mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Daya tahan tubuhnya sangat baik, bahkan sanggup bertahan pada suhu sangat ekstrem. Mulai dari suhu sangat dingin (-25 oC) hingga suhu panas (43 oC).

Kemampuan adaptasi ini sungguh menakjubkan, dan tidak dimiliki jenis-jenis kambing lainnya. Karena itu, di alam bebas, kambing boer dapat hidup di berbagai ekosistem. Mulai dari semak belukar, lereng gunung yang berbatu,
padang rumput, dan tentu saja ketika dikandangkan secara intensif.

Kalau Anda ingin membudidayakan kambing boer, usahakan mencari bibit dengan galur murni. Mintalah informasi dari Dinas Peternakan terdekat. Soalnya, selama 65 tahun berada di
Indonesia, banyak kambing boer hasil persilangan dengan jenis lain.


Keturunan pertama (F1) dari hasil persilangan ini akan mewarisi 50 persen sifat genetik kambing Boer. Itu pun sudah menunjukkan performa lebih baik daripada kambing lokal.


Pemeliharaan kambing boer diyakini bisa memakmurkan peternak. Artinya, peternakan tidak lagi dipandang sebagai usaha sampingan, namun bisa dijadikan sandaran nafkah bagi peternak beserta anggota keluarganya. (Lisna Nurrohmawati, mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan UGM-32)

Berharap Kemakmuran dari Kambing Boer